Stt Tekstil




STTT merupakan satu-satunya perguruan tinggi di bidang teknologi tekstil milik Pemerintah Indonesiasaat ini.Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di mulai sejak tahun 1922 dengan nama Textile Inrichting Bandoeng (TIB). Di era pemerintahan Indonesia, tahun 1954 dikembangkan menjadi Akademi Textil (AKATEX). Akatex mempunyai dua program studi, yaitu teknik tekstil dan kimia tekstil, kedua program studi tersebut diselesaikan selama tiga tahun setengah dan lulusannya mendapat gelar Bachelor Tekstil (Bk.Teks).
 Tahun 1964, Akatex di ubah menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Tekstil (PTIT) dengan program studi yang sama dan lulusannya mendapatkan gelar Sarjana Tekstil. Program studi PTIT diselesaikan selama lebih dari dua tahun setelah Akatex.
 Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian pada tahun 1966 di rubah lagi menjadi Institut Teknologi Tekstil (ITT) yang merupakan gabungan dari Akatex, PTIT, Balai Penelitian Tekstil (BaPT), dan Pilot Pemintalan.
Sejak tahun 1979, ITT dikembangkan menjadi dua lembaga, yaitu Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Industri Tekstil (BBT) dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT). Pembentukan STTT ini kemudian diperkuat dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 274/SK/ VI/1981 dan 0182/0/1981 tangal 6 Juni 1981. STTT menyelenggarakn pendidikan vokasi Program Diploma IV (dengan masa studi selama 4 tahun) dan Program Diploma I (dengan masa studi selama 1 tahun). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, lulusan Program Diploma IV memperoleh sebutan Sarjana Sains Terapan (S.S.T) sedangkan lulusan Program Diploma I memperoleh sebutan Ahli Pratama (AP).
 Membicarakan pendidikan tinggi tekstil di Indonesia tentunya tidak akan pernah dapat dilepaskan dari keberadaan perguruan tinggi negeri di bawah naungan Departemen Perindustrian RI yang terletak di Jalan Jakarta No. 31 Bandung, Jawa Barat. Kampus yang pada awal pendiriannya di tahun 1922 bernama Textil Inrichting Bandoeng (TIB) ini, lalu pada tahun 1954 dikembangkan menjadi Akademi Tekstil (AKATEKS).
Pada perkembangan berikutnya, peningkatan status menjadi setingkat sarjana dan perubahan nama terus menerus mewarnai perjalanan kampus "Cicadas" ini. Dimulai dengan peralihan Akatex menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Tekstil (PTIT) di tahun 1964 yang lulusannya kemudian bergelar Sarjana Tekstil, lalu diubah kembali berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian pada tahun 1966 menjadi Institut Teknologi Tekstil (ITT), hingga dipisahkannya ITT menjadi dua institusi, yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil (BPPIT) dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) sejak tahun 1982. Setelah itu, melalui keputusan bersama antara Menteri Perindustrian dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tertangal 6 Juni 1981 diputuskan bahwa STTT menyelenggarakan jurusan Teknik Tekstil dan Kimia Tekstil dengan sebutan Ahli Tekstil (A.T.). Baru kemudian mulai tahun 1999, lulusan Diploma-4 diberi sebutan Sarjana Sains Terapan (S.Si.T.) dan berlaku hingga kini.
Perjalanan sejarah yang panjang ini adalah fakta yang membanggakan bahwa kampus ini telah menjadi salah satu bagian terpenting dalam pertumbuhan sains, teknologi, pendidikan dan industri tekstil di Indonesia. Sudah begitu banyak lulusan dihasilkan yang kemudian turut ambil bagian – berperan aktif – pada berbagai lembaga pendidikan dan penelitian tekstil serta dalam pengembangan industri, mulai dari level menengah hingga level teratas. Begitu lekatnya, pasang surut industri tekstil pun begitu berpengaruh dan selalu diidentikkan dengan perjalanan sejarah kampus yang hingga saat ini tetap bertahan menjadi kampus tekstil dengan fasilitas dan koleksi referensi teknologi tekstil terlengkap di Indonesia. Dengan demikian wajar saja jika banyak pihak menjadikan kampus ini sebagai barometer pendidikan tinggi teknologi tekstil di Indonesia.
Lantas, dengan cara apa sejarah panjang ini harus kita pandang, sehingga dapat memberi makna lebih dalam dan produktif? Satu-satunya pilihan adalah refleksi. Bercermin dari keberhasilan yang sudah dicapai di masa lalu dan masa kini, adalah bekal untuk kemajuan yang lebih di masa yang akan datang. Mengaca pada sejarah dan memandang perguruan tinggi tekstil lain di dunia yang telah demikian jauh berkembang dan maju dengan landasan tradisi akademik dan penelitian yang kental serta kolaborasi yang erat dengan industri memberi isyarat bahwa STTT seharusnya mampu mempertahankan kebesarannya dan tetap menjadi harapan bagi kemajuan sains, teknologi dan industri tekstil di Indonesia. Diakui ataupun tidak, ungkapan sederhana yang mengatakan bahwa industri tekstil tidak akan pernah redup selama manusia membutuhkan pakaian adalah benar. Namun demikian, sejarah juga memperlihatkan bahwa hal tersebut tidak lantas menjadi jaminan bahwa pendidikan tekstil pun akan tetap bertahan dan diminati sebagai ilmu dan teknologi untuk dipelajari, karena pergeseran-pergeseran teknologi seiring dengan perkembangan ilmu selalu bergerak cepat dan menyesuaikan dengan kebutuhan jaman. Lantas bagaimana ? Keluwesan (versatility) dan positioning sepertinya merupakan dua faktor penting yang musti diupayakan agar selalu dibutuhkan dan diminati.
Demikianlah Sejarah singkat dari Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

No comments:

Stt Tekstil




STTT merupakan satu-satunya perguruan tinggi di bidang teknologi tekstil milik Pemerintah Indonesiasaat ini.Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di mulai sejak tahun 1922 dengan nama Textile Inrichting Bandoeng (TIB). Di era pemerintahan Indonesia, tahun 1954 dikembangkan menjadi Akademi Textil (AKATEX). Akatex mempunyai dua program studi, yaitu teknik tekstil dan kimia tekstil, kedua program studi tersebut diselesaikan selama tiga tahun setengah dan lulusannya mendapat gelar Bachelor Tekstil (Bk.Teks).
 Tahun 1964, Akatex di ubah menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Tekstil (PTIT) dengan program studi yang sama dan lulusannya mendapatkan gelar Sarjana Tekstil. Program studi PTIT diselesaikan selama lebih dari dua tahun setelah Akatex.
 Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian pada tahun 1966 di rubah lagi menjadi Institut Teknologi Tekstil (ITT) yang merupakan gabungan dari Akatex, PTIT, Balai Penelitian Tekstil (BaPT), dan Pilot Pemintalan.
Sejak tahun 1979, ITT dikembangkan menjadi dua lembaga, yaitu Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Industri Tekstil (BBT) dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT). Pembentukan STTT ini kemudian diperkuat dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 274/SK/ VI/1981 dan 0182/0/1981 tangal 6 Juni 1981. STTT menyelenggarakn pendidikan vokasi Program Diploma IV (dengan masa studi selama 4 tahun) dan Program Diploma I (dengan masa studi selama 1 tahun). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, lulusan Program Diploma IV memperoleh sebutan Sarjana Sains Terapan (S.S.T) sedangkan lulusan Program Diploma I memperoleh sebutan Ahli Pratama (AP).
 Membicarakan pendidikan tinggi tekstil di Indonesia tentunya tidak akan pernah dapat dilepaskan dari keberadaan perguruan tinggi negeri di bawah naungan Departemen Perindustrian RI yang terletak di Jalan Jakarta No. 31 Bandung, Jawa Barat. Kampus yang pada awal pendiriannya di tahun 1922 bernama Textil Inrichting Bandoeng (TIB) ini, lalu pada tahun 1954 dikembangkan menjadi Akademi Tekstil (AKATEKS).
Pada perkembangan berikutnya, peningkatan status menjadi setingkat sarjana dan perubahan nama terus menerus mewarnai perjalanan kampus "Cicadas" ini. Dimulai dengan peralihan Akatex menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Tekstil (PTIT) di tahun 1964 yang lulusannya kemudian bergelar Sarjana Tekstil, lalu diubah kembali berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian pada tahun 1966 menjadi Institut Teknologi Tekstil (ITT), hingga dipisahkannya ITT menjadi dua institusi, yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil (BPPIT) dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) sejak tahun 1982. Setelah itu, melalui keputusan bersama antara Menteri Perindustrian dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tertangal 6 Juni 1981 diputuskan bahwa STTT menyelenggarakan jurusan Teknik Tekstil dan Kimia Tekstil dengan sebutan Ahli Tekstil (A.T.). Baru kemudian mulai tahun 1999, lulusan Diploma-4 diberi sebutan Sarjana Sains Terapan (S.Si.T.) dan berlaku hingga kini.
Perjalanan sejarah yang panjang ini adalah fakta yang membanggakan bahwa kampus ini telah menjadi salah satu bagian terpenting dalam pertumbuhan sains, teknologi, pendidikan dan industri tekstil di Indonesia. Sudah begitu banyak lulusan dihasilkan yang kemudian turut ambil bagian – berperan aktif – pada berbagai lembaga pendidikan dan penelitian tekstil serta dalam pengembangan industri, mulai dari level menengah hingga level teratas. Begitu lekatnya, pasang surut industri tekstil pun begitu berpengaruh dan selalu diidentikkan dengan perjalanan sejarah kampus yang hingga saat ini tetap bertahan menjadi kampus tekstil dengan fasilitas dan koleksi referensi teknologi tekstil terlengkap di Indonesia. Dengan demikian wajar saja jika banyak pihak menjadikan kampus ini sebagai barometer pendidikan tinggi teknologi tekstil di Indonesia.
Lantas, dengan cara apa sejarah panjang ini harus kita pandang, sehingga dapat memberi makna lebih dalam dan produktif? Satu-satunya pilihan adalah refleksi. Bercermin dari keberhasilan yang sudah dicapai di masa lalu dan masa kini, adalah bekal untuk kemajuan yang lebih di masa yang akan datang. Mengaca pada sejarah dan memandang perguruan tinggi tekstil lain di dunia yang telah demikian jauh berkembang dan maju dengan landasan tradisi akademik dan penelitian yang kental serta kolaborasi yang erat dengan industri memberi isyarat bahwa STTT seharusnya mampu mempertahankan kebesarannya dan tetap menjadi harapan bagi kemajuan sains, teknologi dan industri tekstil di Indonesia. Diakui ataupun tidak, ungkapan sederhana yang mengatakan bahwa industri tekstil tidak akan pernah redup selama manusia membutuhkan pakaian adalah benar. Namun demikian, sejarah juga memperlihatkan bahwa hal tersebut tidak lantas menjadi jaminan bahwa pendidikan tekstil pun akan tetap bertahan dan diminati sebagai ilmu dan teknologi untuk dipelajari, karena pergeseran-pergeseran teknologi seiring dengan perkembangan ilmu selalu bergerak cepat dan menyesuaikan dengan kebutuhan jaman. Lantas bagaimana ? Keluwesan (versatility) dan positioning sepertinya merupakan dua faktor penting yang musti diupayakan agar selalu dibutuhkan dan diminati.
Demikianlah Sejarah singkat dari Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

No comments: